Di tengah perubahan dunia kerja yang semakin cepat dan dinamis, istilah entrepreneurship atau kewirausahaan bukan lagi sekadar milik para pemilik bisnis. Ia telah menjadi bagian penting dari cara berpikir dan bertindak yang dibutuhkan hampir di setiap bidang—mulai dari dunia startup hingga korporasi besar, sektor pendidikan, bahkan organisasi sosial. Entrepreneurship mencerminkan keberanian untuk menghadapi risiko, kemampuan melihat peluang di balik tantangan, serta kecerdasan dalam menciptakan solusi yang bernilai.

Melalui artikel ini, kita akan membahas secara mendalam apa itu entrepreneurship, mengapa pemahaman tentangnya penting bagi generasi muda dan profesional masa kini, serta bagaimana peran kewirausahaan dalam membentuk masa depan ekonomi dan kepemimpinan. Apakah Anda seorang calon entrepreneur, mahasiswa bisnis, atau profesional yang ingin berpikir lebih inovatif—artikel ini dirancang untuk memberikan perspektif yang relevan dan aplikatif.

Pengertian Entrepreneurship

Secara umum, entrepreneurship atau kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses menciptakan sesuatu yang bernilai melalui pemanfaatan peluang, inovasi, dan pengambilan risiko dalam kondisi ketidakpastian. Istilah ini berasal dari bahasa Prancis entreprendre yang berarti “melakukan” atau “mengambil alih.” Dalam praktiknya, entrepreneurship mencakup berbagai aspek—mulai dari mengidentifikasi peluang bisnis, merancang model usaha, mengatur sumber daya, hingga menciptakan dampak sosial dan ekonomi.

Berikut adalah beberapa pengertian entrepreneurship menurut para ahli:

1. Peter F. Drucker (1959)

“Entrepreneurship is the practice of systematically identifying and exploiting opportunities to create something new.”
Dalam bukunya “Innovation and Entrepreneurship”, Drucker menyebut entrepreneurship bukan sekadar bakat, melainkan sebuah disiplin yang bisa dipelajari. Seorang entrepreneur dianggap berhasil ketika mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dan memberi nilai tambah di tengah perubahan.

Sumber: Drucker, P. F. (1985). Innovation and Entrepreneurship. Harper & Row.

2. Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough (2005)

“Entrepreneurship is the process of creating value by bringing together a unique package of resources to exploit an opportunity.”
Mereka menekankan bahwa entrepreneurship melibatkan kreativitas dan inovasi untuk mengidentifikasi peluang serta memanfaatkan sumber daya secara efisien demi menciptakan nilai ekonomi.

Sumber: Zimmerer, T. W., & Scarborough, N. M. (2005). Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management. Pearson.

3. Harvey Leibenstein (1968, 1979)

“Entrepreneurship fills market gaps when the market is not well established or not yet identified.”
Leibenstein melihat entrepreneurship sebagai fungsi penting dalam mengatasi ketidaksempurnaan pasar, yaitu ketika informasi, sumber daya, atau fungsi produksi belum tersedia secara optimal.

Sumber: Leibenstein, H. (1979). The General X-Efficiency Theory and Economic Development. Oxford University Press.

4. Joseph A. Schumpeter (1934)

“The entrepreneur is the innovator who implements change within markets through the carrying out of new combinations.”
Schumpeter memperkenalkan konsep creative destruction, di mana entrepreneur mendorong kemajuan ekonomi melalui inovasi yang menggantikan cara lama. Bagi Schumpeter, entrepreneurship adalah kekuatan penggerak utama dalam dinamika kapitalisme.

Sumber: Schumpeter, J. A. (1934). The Theory of Economic Development. Harvard University Press.

Dari berbagai definisi tersebut, terlihat bahwa meskipun pendekatannya berbeda, para ahli sepakat bahwa entrepreneurship berpusat pada penciptaan nilai melalui inovasi dan pengambilan risiko. Baik dalam bentuk bisnis, organisasi, maupun proyek sosial, esensi kewirausahaan adalah keberanian untuk menghadirkan solusi baru dalam menghadapi tantangan dunia nyata.

Kenapa Entrepreneurship Penting?

Di tengah dunia yang terus berubah—entah karena perkembangan teknologi, perubahan iklim, atau tantangan ekonomi global—entrepreneurship hadir bukan sekadar sebagai pilihan karier, tapi sebagai cara berpikir dan bertindak yang relevan untuk siapa pun. Tapi pertanyaannya: kenapa sih entrepreneurship jadi makin penting hari ini, bahkan untuk orang yang nggak berniat buka bisnis sendiri sekalipun?

1. Entrepreneurship Mendorong Inovasi

Bayangkan dunia tanpa inovasi: nggak ada e-commerce, nggak ada ride-hailing, bahkan mungkin kamu nggak bisa pesan kopi lewat aplikasi. Semua kemajuan ini lahir dari semangat entrepreneurship—berpikir kreatif, melihat peluang baru, dan berani mencoba hal berbeda. Inovasi yang lahir dari mindset entrepreneur mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.

Menurut World Economic Forum, 70% lapangan kerja baru berasal dari sektor usaha kecil dan startup inovatif. Tanpa entrepreneurship, laju inovasi akan stagnan.

2. Menjawab Tantangan, Bukan Sekadar Mengejar Keuntungan

Entrepreneur masa kini nggak cuma mikirin profit, tapi juga impact. Lihat saja munculnya tren social entrepreneurship, di mana solusi terhadap masalah sosial dan lingkungan menjadi inti dari model bisnis. Ini menunjukkan bahwa entrepreneurship bisa menjadi alat untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat, bukan sekadar alat untuk memperkaya diri.

3. Membangun Kemandirian dan Mental Tahan Banting

Di era VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous), siapa pun—termasuk mahasiswa atau profesional—perlu punya entrepreneurial mindset: cepat beradaptasi, solutif, dan tidak mudah menyerah. Entrepreneurship melatih kita untuk mandiri secara berpikir dan bertindak, terbiasa dengan risiko, serta terlatih dalam membuat keputusan di bawah tekanan.

Apakah kamu pernah ikut organisasi kampus, membangun proyek kecil, atau menyelesaikan masalah di kelas dengan pendekatan out-of-the-box? Itu juga bentuk latihan entrepreneurship, lho.

4. Kunci Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja

Dari sisi makro, entrepreneurship memegang peran vital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Wirausahawan menciptakan lapangan kerja, memacu produktivitas, dan memperluas peluang ekonomi di berbagai daerah. Di Indonesia, UMKM yang berbasis pada semangat kewirausahaan menyumbang lebih dari 60% PDB nasional—angka yang tidak bisa diabaikan.

5. Relevan di Dunia Kerja, Bahkan Jika Kamu Bukan Pemilik Bisnis

Menariknya, skill dan cara berpikir entrepreneur kini jadi aset penting bahkan di dunia kerja konvensional. Banyak perusahaan mencari karyawan yang bisa berpikir layaknya entrepreneur—inisiatif, inovatif, dan mampu melihat peluang di tengah keterbatasan. Itulah mengapa konsep intrapreneurship kini semakin populer: pegawai yang berperan sebagai penggerak inovasi di dalam perusahaan.

Dengan kata lain, entrepreneurship bukan hanya tentang bisnis, tapi tentang masa depan—baik masa depan karier individu, pertumbuhan organisasi, hingga pembangunan bangsa. Dan kabar baiknya, pola pikir ini bisa mulai dibentuk di bangku kuliah, di organisasi, di ruang kelas, atau bahkan dari ide-ide kecil yang belum sempat diwujudkan.

Ciri dan Pola Pikir Seorang Entrepreneur

Pernah melihat seseorang yang begitu yakin dengan idenya, pantang menyerah meski ditolak berkali-kali, dan tetap optimis meski usahanya belum menghasilkan? Bisa jadi kamu sedang menyaksikan the real entrepreneur in action.

Menjadi entrepreneur bukanlah semata soal membuka bisnis, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikir, bersikap, dan bertindak dalam menghadapi ketidakpastian. Maka dari itu, sebelum memikirkan modal dan model bisnis, mari kita kenali dulu mindset dan karakter yang membedakan seorang entrepreneur dari orang kebanyakan.

1. Berani Mengambil Risiko (Calculated Risk-Taker)

Entrepreneur bukan orang yang nekat, tapi tahu cara menimbang risiko dan tetap berani melangkah. Mereka sadar bahwa setiap keputusan membawa konsekuensi, namun bukan berarti harus menunggu semuanya sempurna dulu. Dalam dunia yang bergerak cepat, menunda terlalu lama bisa berarti kehilangan momentum.

Tidak ada ide yang 100% aman. Yang penting, apakah kamu siap belajar dari kegagalan?

2. Melihat Peluang di Tengah Masalah

Salah satu kekuatan terbesar seorang entrepreneur adalah kemampuannya melihat celah di saat orang lain hanya melihat hambatan. Ketika banyak orang fokus pada “masalah”, entrepreneur akan bertanya: “Apa yang bisa saya ciptakan dari situasi ini?”

Contoh nyatanya? Lahirnya layanan edukasi online saat pandemi. Masalah berubah jadi peluang.

3. Berpikir Kreatif dan Inovatif

Entrepreneur bukan peniru, tapi pencetus. Mereka suka bereksperimen, tidak takut gagal, dan justru tumbuh dari trial & error. Kreativitas di sini bukan hanya soal desain atau produk, tapi juga dalam merancang solusi, strategi pemasaran, hingga cara memimpin tim.

Menurut laporan McKinsey (2023), kemampuan berpikir kreatif kini jadi salah satu top future skills yang paling dicari oleh perusahaan global.

4. Pantang Menyerah dan Tangguh secara Mental (Resilient)

Kalau ada satu kualitas yang dimiliki semua entrepreneur sukses, itu adalah daya tahan. Mereka tahu bahwa kegagalan adalah bagian dari proses, bukan akhir dari segalanya. Mereka bisa bangkit, belajar, dan coba lagi—berulang kali.

Resiliensi bukan bawaan lahir. Ia bisa dilatih lewat pengalaman, tantangan, dan konsistensi.

5. Visioner dan Berorientasi ke Masa Depan

Entrepreneur tidak hanya berpikir untuk hari ini, tapi punya bayangan besar tentang masa depan yang ingin mereka wujudkan. Mereka membuat keputusan berdasarkan dampak jangka panjang, bukan sekadar mengejar hasil instan.

6. Mampu Menginspirasi dan Menggerakkan Orang Lain

Entrepreneur bukan pekerja tunggal. Mereka tahu cara membangun tim, berkomunikasi dengan meyakinkan, dan membuat orang lain percaya pada visi mereka. Inilah mengapa banyak entrepreneur juga memiliki kemampuan leadership yang kuat.

Mungkin kamu belum memiliki semua ciri ini sekarang, dan itu wajar. Yang penting adalah mulai membentuk pola pikir entrepreneur dari sekarang: berani bertanya, aktif mencari solusi, dan tidak takut untuk memulai sesuatu. Karena sejatinya, menjadi entrepreneur bukan tentang siapa kamu hari ini, tapi siapa kamu ingin jadi di masa depan.

Tahapan Menjadi Entrepreneur

Setelah memahami apa itu entrepreneurship, kenapa penting, dan seperti apa mindset yang perlu dimiliki, muncul satu pertanyaan besar: “Lalu, dari mana saya harus mulai?”

Jawabannya: dari mana saja, asal kamu tahu tahapannya.

Menjadi entrepreneur bukan proses instan. Bukan pula jalan yang lurus dan mulus. Tapi kabar baiknya, ada pola umum yang bisa kamu pelajari dan adaptasi sesuai konteksmu. Berikut ini adalah tahapan penting yang biasanya dilewati oleh seorang entrepreneur, dari ide awal hingga usaha berkembang:

1. Menemukan Ide dan Peluang

Semua berawal dari sebuah ide. Tapi bukan sembarang ide—ide yang relevan, bernilai, dan punya potensi untuk dijalankan. Biasanya, ide bagus lahir dari:

  • pengalaman pribadi (misalnya: frustrasi karena belum ada solusi tertentu),

  • pengamatan tren pasar,

  • atau masalah sosial yang belum tertangani.

Tips: Tanyakan ini pada dirimu: “Masalah apa yang ingin saya selesaikan, dan siapa yang akan terbantu kalau masalah itu hilang?”

2. Validasi dan Riset Pasar

Sebelum melangkah lebih jauh, pastikan bahwa idemu benar-benar dibutuhkan oleh pasar. Ini tahap di mana kamu harus banyak bertanya, observasi, wawancara calon pengguna, dan mencari data.

Banyak usaha gagal bukan karena ide buruk, tapi karena tidak ada kebutuhan riil yang ingin dipecahkan.

Riset juga mencakup: siapa kompetitornya? siapa target pasarnya? apa keunggulan idemu dibanding yang sudah ada?

3. Membuat Perencanaan dan Model Bisnis

Setelah idemu terbukti punya potensi, langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan. Ini termasuk:

  • model bisnis (bagaimana produk/jasa kamu menghasilkan uang),

  • struktur biaya dan sumber pendapatan,

  • kebutuhan tim dan teknologi,

  • hingga strategi pemasaran awal.

Banyak entrepreneur pemula kini menggunakan Business Model Canvas (BMC) karena sederhana dan mudah diadaptasi.

4. Mulai Eksekusi (Build–Measure–Learn)

Ini saatnya kamu “turun ke lapangan.” Entah itu memproduksi prototipe, membuka pre-order, membuat landing page, atau sekadar uji coba layanan kecil-kecilan—yang penting: mulai.

Di tahap ini, prinsip penting yang perlu kamu pegang adalah:

“Jangan menunggu sempurna untuk mulai. Tapi mulailah agar bisa diperbaiki dan disempurnakan.”

Gunakan pola pikir build-measure-learn seperti dalam metode lean startup: buat → uji → perbaiki → ulangi.

5. Pertahankan dan Adaptasi

Setelah diluncurkan, tantangan sesungguhnya dimulai. Bagaimana mempertahankan usahamu di tengah tantangan? Di sini kamu perlu:

  • fleksibel dalam mengubah strategi jika pasar berubah,

  • cepat belajar dari umpan balik pelanggan,

  • dan tetap konsisten dengan visi jangka panjangmu.

Tahap ini juga melatihmu menjadi problem-solver sejati—dan itulah inti dari entrepreneurship.

6. Scale Up dan Bangun Sistem

Jika usahamu mulai stabil, pelanggan bertambah, dan tim mulai terbentuk, saatnya berpikir tentang ekspansi. Tapi hati-hati, scaling butuh sistem.

Mulai pikirkan:

  • sistem operasional yang bisa dijalankan tanpa campur tangan langsung,

  • delegasi tugas,

  • penggunaan teknologi untuk efisiensi,

  • dan tentu saja, struktur keuangan yang sehat.

Setiap entrepreneur bisa melewati tahapan ini dengan kecepatan dan urutan yang berbeda. Namun satu hal yang pasti: yang membedakan mereka yang bertahan dan mereka yang berhenti bukan ide, tapi konsistensi dalam proses.

Peran Entrepreneurship dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Sosial

Ketika kita berbicara tentang entrepreneurship, sering kali fokusnya hanya pada individu: ide cemerlang, keberanian mengambil risiko, atau kemampuan mengembangkan usaha. Tapi sebenarnya, dampak entrepreneurship jauh melampaui pencapaian personal. Ia punya kontribusi besar terhadap ekonomi suatu negara dan kesejahteraan masyarakat secara luas.

Yuk, kita lihat bagaimana entrepreneurship bisa menjadi mesin penggerak pembangunan ekonomi dan perubahan sosial.

1. Menciptakan Lapangan Kerja Baru

Setiap usaha baru, sekecil apa pun, membutuhkan orang lain untuk menjalankannya—entah itu mitra, karyawan, supplier, atau freelancer. Inilah mengapa entrepreneur disebut sebagai pencipta kerja, bukan pencari kerja.

Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM menyumbang lebih dari 97% dari total lapangan kerja di Indonesia. Sebagian besar dari mereka lahir dari semangat kewirausahaan.

Semakin banyak individu yang berani membangun usaha, semakin besar peluang mengurangi pengangguran—terutama di kalangan anak muda dan masyarakat marginal.

2. Mendorong Inovasi dan Produktivitas

Entrepreneurship mendorong terciptanya produk, layanan, dan teknologi baru yang bisa meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Layanan ojek online, dompet digital, atau platform pembelajaran daring adalah contoh nyata inovasi yang lahir dari wirausaha dan kini menjadi bagian penting dalam produktivitas masyarakat modern.

Ekonomi tidak hanya tumbuh karena industri besar, tapi juga karena banyaknya inovasi kecil yang menjawab kebutuhan nyata di masyarakat.

3. Menggerakkan Ekonomi Lokal dan Nasional

Entrepreneurship punya efek berantai (multiplier effect). Ketika seorang entrepreneur membuka usaha di suatu daerah:

  • ia membeli bahan baku dari pemasok lokal,

  • mempekerjakan tenaga kerja sekitar,

  • dan mendorong sirkulasi uang di komunitas tersebut.

Dampaknya? Kemandirian ekonomi lokal meningkat, ketergantungan pada pusat kota menurun, dan roda ekonomi nasional ikut bergerak dari bawah ke atas (bottom-up growth).

4. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan Inklusi

Entrepreneurship juga bisa menjadi sarana untuk memberdayakan kelompok rentan: perempuan, penyandang disabilitas, masyarakat di daerah tertinggal, hingga generasi muda yang kesulitan masuk ke pasar kerja formal.

Melalui program kewirausahaan sosial (social entrepreneurship), mereka diberi akses untuk menciptakan solusi berbasis komunitas—baik dalam bentuk usaha mikro, koperasi digital, maupun produk-produk berbasis lokal.

Ini bukan hanya soal keuntungan, tapi soal impact—bagaimana usaha kita bisa membawa perubahan sosial yang lebih adil dan merata.

5. Menanamkan Budaya Mandiri dan Tanggung Jawab

Entrepreneurship menumbuhkan pola pikir mandiri, bertanggung jawab, dan berani mengambil inisiatif. Ketika nilai ini ditanamkan sejak dini—di sekolah, kampus, atau komunitas—maka akan lahir generasi yang tidak hanya siap kerja, tapi juga siap menciptakan peluang kerja.

Dan di sinilah peran pendidikan, termasuk institusi seperti PPM School, menjadi sangat penting: bukan hanya mencetak lulusan akademis, tetapi melahirkan pemimpin masa depan dengan semangat entrepreneur.

Jadi, saat kamu mulai membangun ide sederhana, mendirikan usaha kecil, atau bahkan hanya membantu proyek sosial berbasis kewirausahaan, kamu tidak hanya membantu dirimu sendiri—tapi juga sedang berkontribusi langsung pada ekonomi dan masyarakat.

Pertanyaannya sekarang: kontribusi seperti apa yang ingin kamu berikan?

Entrepreneurship bukan hanya tentang memulai bisnis, tapi tentang membentuk cara berpikir yang proaktif, solutif, dan berorientasi masa depan. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian seperti sekarang, memiliki jiwa entrepreneur menjadi nilai tambah yang krusial—baik bagi individu, organisasi, maupun bangsa. Melalui pemahaman yang tepat tentang entrepreneurship, kita tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperkuat ketahanan sosial dan membuka lebih banyak peluang bagi generasi mendatang.

Sebagai institusi pendidikan bisnis, PPM School of Management memiliki peran strategis dalam menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan mahasiswa dan profesional muda. Bukan hanya dengan teori, tapi juga melalui praktik, ekosistem, dan jejaring yang mendorong lahirnya solusi nyata dari ide-ide besar.

Jadi, apakah kamu siap menjadi bagian dari generasi baru yang tidak hanya adaptif, tapi juga inovatif dan berdampak? Dunia sedang menunggu langkah pertamamu.