Mengenal Akun Riil dan Akun Nominal: Fungsi, Jenis, dan Perbedaannya dalam Laporan Keuangan
Dalam dunia akuntansi, pengelompokan akun menjadi elemen penting yang menentukan keakuratan laporan keuangan. Dua jenis akun yang paling mendasar namun sering membingungkan bagi mahasiswa maupun praktisi awal adalah akun riil dan akun nominal. Apa sebenarnya perbedaan di antara keduanya? Mengapa satu akun bisa berlanjut ke periode berikutnya, sementara yang lain harus ditutup di akhir tahun? Artikel ini akan membantu Anda memahami konsep, karakteristik, dan fungsi dari kedua jenis akun ini, lengkap dengan contoh penggunaannya dalam laporan keuangan. Dengan pemahaman yang tepat, Anda tidak hanya akan lebih mudah menyusun laporan keuangan yang akurat, tetapi juga dapat mengambil keputusan bisnis yang lebih tepat berdasarkan data yang tersaji. Mari kita telaah bersama—dengan pendekatan yang praktis, relevan, dan berbasis prinsip akuntansi terbaru.
Daftar Isi
Pengertian Akun Riil dan Akun Nominal
Sebelum kita masuk ke jenis-jenis dan penggunaannya, penting untuk memahami apa itu akun riil dan akun nominal secara konsep. Karena percaya atau tidak, masih banyak yang mengira semua akun di laporan keuangan itu diperlakukan sama. Padahal, keduanya punya fungsi dan sifat yang sangat berbeda—ibaratnya seperti dua sisi mata uang dalam pencatatan akuntansi.
Akun riil, atau disebut juga real account, adalah akun yang sifatnya permanen. Artinya, saldo di akun ini akan terus “hidup” dan berpindah ke periode berikutnya. Biasanya akun-akun seperti kas, piutang, persediaan, aset tetap, hingga utang dan modal termasuk ke dalam kelompok ini. Semua akun riil muncul dalam neraca, dan mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara aktual pada suatu waktu tertentu.
Sementara itu, akun nominal (atau nominal account) justru sebaliknya. Ia bersifat sementara—hanya berlaku untuk satu periode akuntansi, dan akan “ditutup” di akhir periode tersebut. Akun ini mencakup pendapatan dan beban, yang biasanya kamu temukan dalam laporan laba rugi. Nah, karena sifatnya yang ditutup di akhir tahun, akun nominal sering disebut juga sebagai temporary account atau close account. Saldonya akan dikosongkan dan hasil akhirnya—entah untung atau rugi—akan dipindahkan ke akun modal.
Dengan memahami definisinya secara tepat, kamu jadi tahu mana akun yang mencerminkan posisi keuangan dan mana yang mencerminkan kinerja keuangan. Dan yang tak kalah penting: pahamnya kamu soal ini bakal sangat berpengaruh saat menyusun laporan keuangan atau melakukan analisis bisnis. Jadi, jangan anggap ini sekadar teori—karena perbedaan keduanya adalah pondasi penting dalam sistem akuntansi modern.
Jenis-Jenis Akun Riil dan Contohnya
Setelah tahu bahwa akun riil itu bersifat permanen dan muncul dalam neraca, sekarang saatnya kita bedah lebih dalam: sebenarnya ada apa saja sih jenis-jenis akun riil itu?
Secara umum, akun riil dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu aset (aktiva), kewajiban (liabilitas), dan ekuitas (modal). Yuk kita bahas satu per satu—biar kamu nggak sekadar hafal, tapi juga ngerti konteksnya.
1. Aset (Aktiva) – Segala yang Dimiliki Perusahaan
Aset adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan dan memiliki nilai ekonomi. Aset inilah yang jadi “modal kerja” operasional harian hingga investasi jangka panjang.
Jenis aset ini terbagi lagi menjadi beberapa:
-
Aset lancar: kas, piutang usaha, persediaan barang dagang—pokoknya yang mudah dicairkan dalam waktu dekat (≤1 tahun).
-
Aset tetap: tanah, bangunan, kendaraan, mesin produksi—digunakan jangka panjang dan mengalami depresiasi.
-
Aset tidak berwujud: seperti hak paten, merek dagang, atau goodwill—nggak bisa disentuh, tapi punya nilai.
-
Investasi jangka panjang: saham anak perusahaan, obligasi, atau reksa dana yang bukan untuk diputar cepat.
👉 Contoh real:
Perusahaan logistik pasti punya kendaraan operasional. Nah, kendaraan itu dicatat sebagai aset tetap. Sementara uang di rekening bank perusahaan? Itu aset lancar.
2. Kewajiban (Liabilitas) – Segala yang Harus Dibayar
Kewajiban adalah utang atau tanggungan perusahaan yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Klasifikasinya:
-
Liabilitas jangka pendek (utang lancar): utang usaha, utang gaji, utang pajak—biasanya jatuh tempo dalam setahun.
-
Liabilitas jangka panjang: pinjaman bank jangka panjang, obligasi, atau utang hipotik.
👉 Contoh real:
Kalau perusahaan punya utang ke supplier bahan baku dan belum dibayar dalam 30 hari ke depan, itu masuk ke utang usaha (liabilitas jangka pendek).
3. Ekuitas (Modal) – Hak Pemilik atas Aset
Ekuitas adalah selisih antara aset dan kewajiban. Kalau kamu familiar dengan rumus dasar akuntansi:
Aset = Liabilitas + Ekuitas
… maka kamu paham betapa pentingnya ekuitas sebagai cermin nilai bersih perusahaan.
Jenis-jenisnya termasuk:
-
Modal disetor: modal awal yang ditanamkan pemilik.
-
Laba ditahan: akumulasi keuntungan yang tidak dibagikan sebagai dividen.
-
Prive: pengambilan dana oleh pemilik usaha pribadi.
👉 Contoh real:
Pemilik usaha menyetor modal awal Rp100 juta ke dalam rekening perusahaan. Itu dicatat sebagai modal disetor, bagian dari ekuitas.
Dengan memahami jenis-jenis akun riil ini, kamu nggak cuma bisa mengelompokkan akun dengan benar, tapi juga mulai bisa membaca kondisi keuangan sebuah bisnis dari balik neraca. Jadi, kalau nanti kamu lihat laporan keuangan dan nemu angka-angka di bagian aset atau modal, kamu tahu itu bukan sekadar angka—tapi gambaran nyata tentang kekuatan dan kewajiban finansial perusahaan.
Jenis-Jenis Akun Nominal dan Contohnya
Kalau akun riil ibarat fondasi dari rumah keuangan sebuah perusahaan, maka akun nominal adalah catatan aktivitas yang terjadi di dalam rumah itu. Akun ini mencatat apa saja yang masuk dan keluar selama periode tertentu—khususnya pendapatan dan beban. Nah, karena akun nominal ini hanya aktif dalam satu periode akuntansi (biasanya setahun), maka di akhir periode akan ditutup (closing), dan saldonya dipindahkan ke akun modal.
Yuk, kita lihat lebih dalam apa saja isi dari akun nominal ini:
1. Pendapatan (Revenue) – Apa yang Dihasilkan Bisnis
Pendapatan adalah semua nilai ekonomis yang diperoleh perusahaan dari aktivitas utamanya—baik berupa penjualan barang maupun jasa.
Pendapatan terbagi menjadi:
-
Pendapatan operasional: berasal dari kegiatan utama perusahaan. Misalnya, penjualan produk pada perusahaan dagang, atau jasa konsultasi pada perusahaan jasa.
-
Pendapatan non-operasional: berasal dari luar kegiatan utama. Contohnya pendapatan bunga, komisi, atau keuntungan dari penjualan aset tetap.
👉 Contoh real:
Perusahaan desain interior menerima bayaran proyek sebesar Rp30 juta—ini masuk sebagai pendapatan operasional. Sementara jika perusahaan itu punya tabungan berbunga dan mendapat Rp500 ribu dari bunga bank, itu pendapatan non-operasional.
2. Beban (Expense) – Apa yang Dikorbankan Perusahaan
Kalau pendapatan adalah apa yang masuk, maka beban adalah apa yang dikorbankan agar perusahaan bisa beroperasi. Beban inilah yang nantinya akan “mengurangi” pendapatan, dan hasil akhirnya adalah laba atau rugi.
Beban dibagi menjadi:
-
Beban operasional: biaya langsung dari aktivitas usaha, seperti gaji karyawan, sewa kantor, listrik, bahan baku, dan lain-lain.
-
Beban non-operasional: biaya tak terduga atau yang tidak rutin, seperti rugi kurs mata uang asing, denda keterlambatan, atau beban bunga.
👉 Contoh real:
Perusahaan startup membayar Rp10 juta untuk iklan digital—ini termasuk beban pemasaran (operasional). Sementara jika perusahaan mengalami rugi selisih kurs karena transaksi internasional, itu adalah beban non-operasional.
Nah, semua akun nominal ini nantinya akan bertemu di laporan laba rugi untuk dihitung:
Pendapatan – Beban = Laba (atau Rugi)
Dan setelah akhir periode? Semua akun nominal ini akan ditutup, dan hasilnya akan memengaruhi modal di neraca. Inilah kenapa pemahaman tentang akun nominal sangat penting, terutama jika kamu ingin tahu seberapa efisien operasional bisnis berjalan dan seberapa sehat arus kas yang terjadi dalam satu tahun berjalan.
Paham, kan, sekarang kenapa akun nominal disebut “sementara” tapi punya peran besar dalam mencerminkan performa bisnis?
Perbedaan Akun Riil dan Akun Nominal
Setelah memahami pengertian dan jenis-jenisnya, sekarang saatnya kita masuk ke pertanyaan pamungkas: apa sebenarnya yang membedakan akun riil dan akun nominal? Apakah cuma soal ditutup atau tidaknya akun di akhir periode? Atau ada hal lain yang lebih fundamental?
Jawabannya: ada banyak perbedaan penting—dan semuanya punya dampak langsung ke cara kamu menyusun laporan keuangan. Yuk, kita bedah satu per satu secara praktis tapi tajam!
Aspek Perbandingan | Akun Riil (Real Account) | Akun Nominal (Nominal Account) |
---|---|---|
Sifat Akun | Permanen – saldo diteruskan ke periode berikutnya | Sementara – saldo ditutup di akhir periode |
Tempat dalam Laporan Keuangan | Muncul di Neraca (Balance Sheet) | Muncul di Laporan Laba Rugi (Income Statement) |
Isi Akun | Aset, liabilitas, dan ekuitas | Pendapatan dan beban |
Tujuan Pencatatan | Menunjukkan posisi keuangan perusahaan | Menggambarkan kinerja keuangan perusahaan |
Waktu Penutupan | Tidak ditutup – saldo berlanjut tiap tahun | Ditutup setiap akhir periode akuntansi (closing entry) |
Contoh Akun | Kas, piutang, utang, modal | Pendapatan jasa, beban listrik, beban iklan |
👉 Analogi mudahnya:
Kalau akun riil adalah “tabungan” atau “aset nyata” yang kamu miliki dan masih tersisa di tahun depan, maka akun nominal adalah “catatan pengeluaran & pemasukan” kamu selama sebulan yang akan di-reset bulan depan.
Kenapa ini penting?
Karena ketika kamu menyusun laporan keuangan, kamu harus tahu mana akun yang ikut dihitung dalam aset perusahaan, dan mana yang hanya berpengaruh terhadap laba rugi. Tanpa pemahaman ini, bisa-bisa kamu keliru mencatat pendapatan sebagai aset, atau salah menyusun saldo modal karena tidak menutup akun nominal dengan benar.
Terlebih lagi, di era software akuntansi yang serba otomatis, pemahaman ini tetap dibutuhkan agar kamu bisa mengontrol dan menganalisis data keuangan dengan bijak, bukan sekadar input angka ke sistem.
Fungsi dan Peran dalam Laporan Keuangan
Setelah tahu perbedaannya, sekarang mari kita pahami kenapa akun riil dan akun nominal itu penting banget dalam laporan keuangan. Karena jujur aja, tanpa keduanya, laporan keuangan itu cuma angka-angka kosong yang nggak bisa menjawab pertanyaan paling dasar dalam bisnis: seberapa sehat keuangan kita, dan bagaimana kinerja kita selama ini?
📌 Akun Riil: “Cermin” Kondisi Keuangan Saat Ini
Akun riil berfungsi untuk menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada titik waktu tertentu. Ini mencakup semua hal yang dimiliki perusahaan (aset), semua yang masih jadi kewajiban (utang), dan berapa bagian dari bisnis yang menjadi milik pemiliknya (modal).
Dengan akun riil, kamu bisa menjawab pertanyaan seperti:
-
Berapa kas yang tersedia untuk operasional?
-
Apakah utang perusahaan terlalu besar?
-
Bagaimana pertumbuhan ekuitas dari tahun ke tahun?
➡️ Peran akun riil:
-
Jadi fondasi utama laporan neraca
-
Menjadi acuan dalam evaluasi solvabilitas dan likuiditas
-
Dipakai dalam proses audit dan analisis tren jangka panjang
📌 Akun Nominal: “Rekam Jejak” Kinerja Keuangan
Sementara itu, akun nominal berperan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan dalam satu periode. Akun ini melacak semua pemasukan dan pengeluaran yang terjadi, lalu menghasilkan satu angka penting: laba atau rugi bersih.
Dari akun nominal, kamu bisa melihat:
-
Seberapa besar pendapatan yang berhasil dihasilkan?
-
Apa saja beban yang paling membebani bisnis?
-
Apakah strategi tahun ini cukup efisien dari sisi biaya?
➡️ Peran akun nominal:
-
Jadi isi utama dari laporan laba rugi
-
Digunakan untuk analisis profitabilitas dan efisiensi operasional
-
Membantu manajemen menyusun strategi bisnis untuk periode berikutnya
Nah, ketika dua jenis akun ini digabung dalam sistem akuntansi, barulah kamu bisa mendapatkan gambaran keuangan yang utuh dan menyeluruh. Akun riil memberi tahu kamu di mana posisi bisnis saat ini, sedangkan akun nominal memberi tahu kamu bagaimana perjalanan bisnis selama ini.
Keduanya saling melengkapi. Dan sebagai mahasiswa, calon akuntan, atau pemilik bisnis, kamu akan lebih siap menghadapi tantangan manajerial dan pengambilan keputusan jika memahami peran penting dua akun ini secara menyeluruh.
Memahami perbedaan akun riil dan akun nominal bukan hanya soal menghafal definisi, tapi tentang bagaimana kita membaca realitas keuangan suatu bisnis secara akurat. Akun riil menggambarkan posisi kekayaan dan tanggungan perusahaan, sedangkan akun nominal mencatat performa keuangan selama periode tertentu. Keduanya adalah pilar utama dalam penyusunan laporan keuangan yang andal. Dengan pemahaman yang kuat atas kedua jenis akun ini, Anda akan lebih siap dalam menyusun laporan, menganalisis kondisi keuangan, hingga mengambil keputusan yang tepat dalam praktik bisnis nyata. Jadi, jangan berhenti di teori—terus eksplorasi, praktikkan, dan kaitkan dengan konteks dunia usaha yang dinamis.